Biografi Arga

Arga, lahir pada tanggal 3 Mei 1927 di Gunung Sindur, Bogor. Beliau adalah anak tertua dari 4 bersaudara dari pasangan Ardaya, dan Saemi.

Pada masa kolonial Belanda, Pendidikan memang sulit bagi kaum Pribumi. Beruntung Arga dapat bersekolah di Vervolksch School, karena beliau adalah anak seorang wedana. Beliau lulus setelah 2 tahun mengenyam pendidikan di Vervolksch School lalu melanjutkan pendidikannya dengan memperdalam ajaran Islam.

Kondisi Indonesia yang masih Dijajah Belanda membuat beliau bersemangat untuk menjadi laskar pejuang. Hal ini didorong oleh pamannya yang sudah berpangkat letnan pada waktu itu. Setelah berjuang selama satu tahun bersama sang paman, beliau merasa sedih karena sang paman telah gugur dalam pertempuran melawan Belanda. Akhirnya beliau masuk dalam divisi Siliwangi.

Perjanjian Renville pada tanggal 17 Januari 1948, membuat beliau harus mengosongkan daerah kantong-kantong di Jawa Barat. Pada tanggal 1 Februari 1948, Beliau bersama divisi Siliwangi melakukan hijrah ke Jawa Tengah.

Divisi Siliwangi yang hijrah ke Jawa Tengah, pada waktu itu tersebar di Solo, Jogja, dan Magelang. Beliau kebetulan bermarkas di Magelang. Karena keahlian beliau dalam bidang bahan peledak maka beliau masuk pada pasukan "GENIE" (Zipur = Zeni Tempur). Tugas utama beliau adalah meledakan jembatan-jembatan yang ada supaya pasukan Belanda tidak dapat masuk ke daerah Republik. Selama 2 tahun beliau bergerilya di daerah Jawa Tengah. Pada tahun 1950 beliau dikirim ke Kalimantan dan bertugas di daerah Puruk Cahu dan  Muara Tewe.

Tahun 1953 Beliau mendapat ijin kembali ke Jawa kesempatan ini digunakan oleh beliau untuk kembali ketanah kelahirannya di Bogor. Pada tahun itu pula beliau mempersunting seorang gadis bernama Rukiah untu7k dijadikan istri, kemudian diboyong ke Kalimantan.
Pada tahun 1956 setelah masa tugas selesai beliau bersama keluarga (istri dan 2 anak) kembali ke Jawa Tengah kembali ke Induk Pasukan yaitu Batalyon Zeni Tempur 4.
Di Induk Pasukan beliau sebagai seorang Sersan mendapat tugas untuk mengejar sisa-sisa gerombolan PKI Muso yang melakukan makar di Madiun. Daerah operasi beliau dimulai dari Wonosobo hingga Magelang. Selain menumpas sisa-sisa gerombolan PKI, beliau juga bertugas untuk menumpas gerombolan DI/TII yang menyusup ke daerah Jawa Tengah.

Pada tgl 30 September 1965 terjadi Tragedi nasional dengan meninggalnya 7 orang perwira Angkatan Darat yang diculik oleh gerombolan PKI di daerah Lobang Buaya. Jawa Tengah terkena imbas peristiwa G30S PKI karena pasukan Batalyon 400 Raider yang bermarkas di Semarang sebagai salah satu pendukung gerakan PKI. Beliau kembali ditugaskan untuk menumpas pemberontakan tersebut. Bagi beliau tugas ini sangat berat karena pada waktu itu tidak tahu siapa kawan siapa lawan. Di samping ahli dalam bahan peledak, beliau juga masuk dalam tim intelijen. Tugas yang berat bagi beliau karena ternyata ada sebagian besar rekan-rekan beliau yang harus beliau tangkap dan amankan karena terlibat PKI, sampai ada sahabat beliau yang selalu bersama beliau saling todong senjata karena ternyata sahabat beliau seorang anggota PKI.

Setelah tahun 1970 kehidupan bernegara berangsur normal, beliau yang pada masa itu sudah menjadi seorang perwira yang sangat disegani di Batalyon Zeni Tempur 4 KODAM IV/Diponegoro, terakhir jabatan beliau adalah Komandan Kompi Markas, 3x beliau diperpanjang masa dinasnya karena jasa-jasanya, sampai pada masa perpanjangan ke-4 beliau menolak dengan alasan kesehatan akhirnya beliau purna tugas dengan pangkat terakhir Mayor CZi.

Rasa bangga sebagai cucu karena melihat bintang jasa yang beliau terima yaitu :
1.Satya Lencana Perang Kemerdekaan I
2.Satya Lencana Perang Kemerdekaan II
3.Satya Lencana Bintang Sewindu
4.Satya Lencana Penegak
5.Satya Lencana Gerakan Operasi Militer VI
6.Satya Lencana Kesetiaan VIII Tahun
7.Satya Lencana Kesetiaan XVI Tahun
8.Satya Lencana Kesetiaan XXIV Tahun

Sebetulnya masih ada beberapa bintang jasa yang berhak beliau sandang, tetapi beliau tidak mau mengajukan, karena beliau ingin bahwa dari negaralah yang memberikan bukan kita yang meminta.

Beliau meninggal pada 22 Agustus 1986 dengan meninggalkan satu orang istri dan 10 anak. atas permintaan keluarga beliau tidak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, tapi di makam keluarga beliau di makamkan dengan upacara kebesaran militer.

Komentar

  1. Sertakan foto tokoh yang Anda tulis. Buatlah tulisan rata kanan kiri.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer